Jumat, 17 Juni 2016

Komunitas Jelajah Samarinda

http://kaltim.antaranews.com/berita/32848/komunitas-peduli-skm-terus-bertambah#.V2P9onT3Z-w.facebook

Sabtu, 09 Januari 2016

Balada jelajah naik kapal klotok di Mahakam

Sejak saya kecil saya selalu tertarik untuk mencoba semua transportasi yang belum pernah saya naiki, termasuk perahu dengan ukuran kecil atau biasa disebut dengan perahu “Klotok”, perahu berukuran kecil di Indonesia memiliki beberapa sebutan nama, jika di Bali orang biasa menyebutnya “Jukung” dan di Makassar biasa dijuluki “Lepa–Lepa”. Sebagian besar perahu tadi adalah milik nelayan untuk mencari ikan.
Bersama dengan satu komunitas yang peduli dengan lingkungan, budaya, sejarah, dan pariwisata bernama “Jelajah” Kamis, 24 Desember 2015 kami melakukan perjalanan menelusuri sungai terbesar di Kalimantan Timur, yaitu sungai Mahakam dengan menggunakan perahu klotok dengan biaya akomodasi Rp 25.000,00/orang. Melalui grup facebook “JELAJAH” tim Jelajah membuat keputusan untuk membuat titik kumpul di Masjid Raya Darussalam Samarinda yang terletak di sekitar kawasan pasar pagi pada pukul 15.30 WITA. Kurang lebih 100 orang anggota komunitas jelajah telah saling bertemu di titik kumpul, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa membaur menjadi satu, sebelum memulai perjalanan menyusuri sungai Mahakam semua anggota berkumpul dan mendapatkan penjelasan dari koordinator penyelenggara acara pada sore hari itu, tak lupa setelah koordinator memipin untuk berdo’a agar perjalanan dipermudah, diberi kelancaran dan keselamatan, serta menjadi perjalanan yang berkesan menyenangkan.
Dengan perasaan senang dari awal kami beranjak berjalan menuju dermaga dimana perahu-perahu klotok yang akan kami tumpangi bersandar. 4 kapal klotok telah dipersiapkan untuk menjadi saksi perjalanan kami. Perahu klotok yang kami tumpangi memang khusus untuk melayani wisata susur sungai Mahakam. Perahu klotok besar dilengkapi dengan stir seperti kendaraan roda empat dan dikemudikan oleh seorang motoris, sementara satu orang di belakang bertugas mengarahkan baling-baling dan membuang air sungai yang masuk ke dalam perahu.
Karena menempuh perjalanan jauh dan untuk mengurangi sengatan matahari, perahu klotok berukuran besar ini memiliki atap yang terbuat dari kayu dan dilapisi dengan terpal plastik yang diikatkan pada kerangka besi yang dibuat melengkung dan melintang dari sisi kiri–kanan perahu.
Para penumpang biasanya duduk di deretan depan dan tengah perahu, sementara itu barang-barang bawaan atau belanjaan diletakkan di bagian belakang, namun tak dapat dielakkan banyak yang juga ingin merasakan suasana menyenangkan diatas atap kapal. Sehingga tak perlu heran lagi apabila melihat foto-foto kami dimana kebanyakan anggoa Jelajah memilih untuk menikmati pemandangan sungai dari atas kapal. Dan untuk para penumpang, jangan lupa membawa bekal minuman dan makanan ringan secukupnya, karena hempasan angin dan deru suara mesin perahu di sepanjang perjalanan membuat perut cepat lapar.
Sepanjang perjalanan, kami disuguhi berbagai macam pemandangan indah mulai dari masjid Islamic Centre Samarinda, rumah-rumah warga yang berada dipinggir sungai, serta pohon-pohon yang rindang. Perahu melaju melalui rute pertama melewati bawah dari jembatan Mahakam selepasnya kita dapat menyaksikan kekokohan dari mall yang terbesar di Samarinda tak lain adalah Bigmall, selanjutnya menuju ke jembatan Mahulu, sekitar 30-45 menit kami menyusuri sungai yang meliuk-liuk kami akhirnya melewati jembatan Mahulu dan berputar kembali melalui jembatan Mahakam menuju ke arah jembatan Mahkota 2 yang mana pembangunannya belum terselesaikan, ketika kami melewati rumah warga di sekitar Samarinda Seberang kami melihat pemandangan yang rasanya kami juga ingin melakukannya, kami melihat anak-anak dan warga sekitar yang tinggal di pinggir sungai melompat-lompat terjun bermain disungai, mereka berenang sambil tertawa sesuka hati, kami seluruh rombongan yang ada saat itu membentangkan spanduk komunitas kami dan berusaha menyapa semua yang warga yang melihat kami melintas, respon mereka juga balik menyapa kami yang terus berteriak-teriak,”Haiiiii…. Haiiiiii…!!!” sambil melambai-lambaikan tangan bak Miss Universe.
Dikala perjalanan menuju jembatan mahkota 2 sekali lagi Tuhan menunjukkan kuasaNya atas alam ini, tak hanya pantai atau bukit tempat untuk melihat sunset nan cantik. Saat traveling menggunakan perahu, pemandangan matahari terbenam tak boleh terlewatkan begitu saja, didalam hati bergumam,”Lihatlah! Sang Surya tenggelam di garis cakrawala di ujung sana.”. Kami melihat pemandangan cantik yang ada di depan sepasang mata kami masing-masing. Pemandangan matahari terbenam yang terlihat memancarkan cahaya kuning dan bentuknya seperti bola. Langitnya pun berwarna kemerahan memantulkan cahaya keemasan di sungai Mahakam. Cukup satu kata “Mempesona”.
Eksotisme sungai mahakam sudah terlihat dari liukannya dalam sepanjang kita menyusuri sungai ini walaupun hanya sekilas seperti kedipan mata dari besarnya sungai Mahakam, setidaknya seperti tampak pada Google Earth atau terlihat dari pesawat jelang mendarat. Sungai Mahkam lebih memberikan nilai romantisme jika malam tiba, apalagi jika cuaca cerah. Diantara suara aliran sungai yang tampak tenang, sesekali terlihat kerlap-kerlip lampu kapal menyusuri Mahakam. Mahakam menjanjikan potensi besar untuk dikembangkan, bukan hanya untuk bisnis tetapi juga dapat menjadi magnet baru bagi dunia wisata di Samarinda. Mungkin Samarinda bisa mengambil inspirasi dari Bangkok yang mampu mengemas sungainya, Chao Phraya River menjadi salah satu daya tarik wisatanya. Dengan kemasan yang lebih baik, penataan bangunan di pinggir sungai, dukungan infrastruktur, Samarinda tidak lagi hanya mengandalkan lokasi-lokasi wisata di daratan untuk dijadikan pemikat wisatawan, karena Mahakam sudah menunjukkan eksotisme yang sesungguhnya.
Setelah itu kami telah mengitari jembatan mahkota 2 langit sudah berganti gelap, kemerlap lampu mulai terlihat disepanjang sungai, tak kalah kami ingin menutup perjalanan kami dengan keindahan yakni dengan menyalakan kembang api yang seperti cahaya suar, lengkap sudah perjalanan kami hari itu kami kembali menuju ke dermaga dan menutup perjalanan kami dengan do’a.
Satu lagi yang sebenarnya tak boleh kita lupakan bahwasannya, Perjalanan yang menyenangkan adalah perjalanan yang juga memperhatikan safety. Karena, seharusnya masing-masing dari kami harus mengenakan pelampung terutama bagi yang kami yang naik diatas kapal, ini menjadi koreksi untuk kami dari tim Jelajah untuk safety first. Maka dari itu diharapkan pemerintah dapat membantu memberikan subsisdi kepada para pemilik kapal agar dapat mengakomodosikan keutamaan peralatan keamanan dan peralatan P3K guna mengantisipasi terjadinya kecelakaan, serta melakukan perbaikan secara berkala, sehingga dapat mengembangkan wisata klotok di sepanjang sungai Mahakam Samarinda.
Sekian dari tim Jelajah, SALAM JELAJAH! SALAM TANGGUH!
Tulisan ini dibuat oleh PRILY HARSIANI